Kekasih di Malam Hari

InfoAntiGalau - Malam ini tepat pukul 22.00 wib, itu artinya sebentar lagi handphone ini akan segera bergetar. Aku berlari mengutak-atik seisi kamar mencari dimana Hapeku. Berhasil. Aku menemukannya dibawah bantal. Suasana hati semakin tak menentu. keringat mulai mengucur perlahan. Haahh… umpatku kesal. Selalu seperti ini. padahal setiap malamnya aku sudah belajar membiasakan diri, tapi tetap saja hasilnya, nol besar.

Mataku tak henti melirik layar di hape keluaran tahun 2008 silam. Super norak banget. Sekarang udah tahun 2013, udah jamannya pakai android, BB, Ipad, Iphone, atau apalah namanya, aku juga tidak tau pasti, yang penting apapun itu jenisnya, aku bersyukur bisa memiliki hape super norak ini, udah lampu layarnya tidak bisa hidup, ditambah lagi dengan Nada deringnya yang kadang muncul kadang enggak. Aku maklum. Dulu, handphone ini sempat tercebur ke airlaut, makanya jadi gini.
Pukul 22.15 wib. Sudah lewat 15 menit dari waktu yang diduga, tapi pertanda ada telepon masuk ataupun SMS belum juga terlihat. Aku semakin was-was. Apa dia lupa dengan malam ini?? hatiku mulai bertanya-tanya. Aku bangun dari tempat tidur. Berdiri, mondar-mandir didepan kaca, dan kemudian berbaring lagi di tempat tidur. Begitu berulang kali hingga pukul 22.32 wib. Aku semakin kesal. Udah lewat 32 menit tapi belum ada kabar juga, padahal sudah seharusnya ada kabar. Aku terus mengumpat dalam hati, bertanya-tanya dan kemudian berdiri lagi, mondar-mandir lagi dan akhirnya berbaring lagi sambil menelungkupkan wajah di bantal. Entah sudah yang keberapa kalinya aku melakukan ritual bodoh ini. aaarrrggghhh….
Tiiit…tiiitt…tiiitt….
Handphone norakku berbunyi. Aku langsung melempar bantal yang menutupi wajahku tadi, mencari sumber suara dan berharap itu dari, dia.
“yees..akhirnya” ujarku sambil melepas senyum terindah malam ini. pukul 22.43 wib. Terlewat 43 menit dari waktu yang kuduga. “hmm… it’s okay, yang penting ada kabar” ujarku lagi.
Kubuka kunci tombol hapeku sambil terus melepas senyum terindah, terpampang jelas dilayar monokrom itu “1 message Received”. “READ”, Aku tekan tombol “Ok”.
Persis dugaanku, SMS dari dia. Isinya “maaf ya mel, baru kasih kabar sekarang, tadi di Toko masih rame sama pembeli. Kamu belum tidur kan??”
Seperti yang sebelum-sebelumnya, alasan ini entah yang keberapa kali ia katakan padaku.
“iya, enggak apa-apa kok, aku belum tidur. sekarang udah tutup Tokonya, Nda?”
SEND.
Aku kembali berbaring sambil menatap langit-langit kamarku. Malam ini, entah malam yang keberapa kalinya aku kembali menyandang status sebagai “kekasih-nya”. Satu, dua, tiga, lima, delapan, yaaa…. sudah terlalu sering. Dan aku bangga menyandang status itu. waktu mengantarkanku pada lamunan panjang ke masa enam tahun yang lalu. Saat dimana aku benar-benar menyandang status sebagai “kekasihnya” bukan “kekasih-nya”. Saat itu, aku dan dia nyata. Aku ada dan dia ada. Aku bisa melihatnya dan dia bisa melihatku. Aku bisa menyentuhnya dan dia juga bisa mneyentuhku. Sebuah hubungan timbal balik dalam hubungan kita sebagai sepasang kekasih utuh. Aku selalu bangga mengatakan kepada setiap teman-temanku bahwa aku adalah kekasihnya. dan semua orang tau itu. semuanya berubah ketika usia tiga bulan menghampiri hubunganku. Semuanya tak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi aku dan dia, tidak ada lagi aku bisa menyentuhnya dan dia bisa menyentuhku. Semuanya berubah menjadi kenangan. Kita berpisah dan dia pergi ke negeri antah berantah, enam tahun semenjak perpisahan itu dan malam ini aku kembali menjadi……
Tiiitt…tiiitt..tiiitt….
Lamunanku terhenti. Aku terhenyak dalam sadarku, kembali kuraba detak jantung yang mulai mengencang seakan sedang ikut turnamen lomba lari. Yaa.. ketakutan itu masih sama seperti enam tahun yang lalu. Rasa takut yang melekat dalam ketika aku merasakan pedihnya sebuah kehilangan itu, dan tidak ada yang berubah dariku, hanya saja…. wujud itu…….entahlaah…
1 message received. READ. Aku tekan tombol OK.
“udah mel, baru aja. Kamu udah makan? Lagi apa sekarang?
Tanpa pikir panjang, aku balas SMS darinya. Tangan ini semakin lancar dan lihai saja mengetik SMS untuknya. Siip. OK. SEND.
“udah juga, enggak lagi apa-apa. mikikirn kamu, pastinya ^_^”
Aku tersenyum ketika membaca lagi isi pesan yang kukirim padanya. Dia pasti juga senyum-senyum membacanya, trus membalasnya dengan mengatakan “aku juga mikirin kamu”. huuuaaa…… belum terjadi aja, bahagianya udah kayak gini, gimana kalo benaran yaaa?? Gumamku.
Beginilah nasib jadi kekasih dimalam hari, aku hanya bisa memilikinya ketika malam datang menjelma, tapi ketika fajar kembali menyingsing, dia kembali berkutat dengan sema kebisingannya dan aku dengan segala kesintinganku selalu tak pernah lepas dari hape monokrom ini berharap akan satu SMS nyasar darinya ke hapeku. Ternyata tidak. Aku hanya akan menjadi kekasihnya, dimalam hari saja, ketika kepenatan, kelelahan dan kesakitan itu menggerogoti tubuhnya dan tubuhku, dan kita kembali saling bercerita, tertawa dan mungkin berbahagia.
Persis malam ini. Aku kembali membayangkan senyumnya saat membaca SMS itu, mungkin persis sama dengan senyum saat pertama kali pertemuan itu, dan masih tentang kenangan enam tahun yang lalu itu, cinta monyet dimasa SMP ternyata tidak beranjak dari pikiranku, malah semakin menggila menusuk hatiku. Aku mencintainya, lebih dari sekedar monyet, (cinta monyet).
Aku dekap gulingku erat-erat sambil membayangkan dia-lah yang sedang kudekap. Norak. Yaa… kalau soal cinta, semua orang pasti norak. Aku sih maklum aja sama yang begitu-begituan. Aku juga pernah menikmati masa-masa abege yang penuh dengan kata norak, lebay, dan alay. Itu dulu. Sekarang aku sudah menginjak usia 21 tahun. Perawakan tidak lagi terbilang muda, wajah mulai menampakkan tanda-tanda keriput. Untung aja pakai perawatan wajah yang ekstra muahaal, makanya jadi tertutup sempurna. Lagian juga tidak terlalu mahal, bayarnya kan kredit. Jaman sekarang kan apa-apa bisa di kredit. Cinta aja bisa di cicil, apalagi yang lain. Aku cekikikan sendiri dengan apa yang sedang ku pikirkan.
Tiiit…tiiit..tiiit….
Bunyi ringtone message standar itu kembali membuyarkan lamunan anehku. Buru-buru kusambar hape berlayar monokrom itu. lampu Hp yang sudah tidak berfungsi lagi menyulitkanku melihat isi pesannya. Ternyata, bukan hanya cinta saja yang butuh perjuangan. Membaca SMS dari dia juga butuh perjuangan, coy..
“ ^_^ “
Glek.
Aku tersedak tanpa ada makanan atau minuman di mulutku. “ ^_^ “. Itu doang balasannya. Udah nunggu balasanyna lama dan isinya cumaaa ^_^. Sumpah yaa… lama-lama bisa serangan jantung kalau begini. Oh god, bukan ini balasan yang kutunggu, ratapku memelas. Setengah merintih, aku mencoba untuk kuat. Dia pasti lagi makan, atau mungkin lagi ganti baju, atau mungkin lagi di WC, oh bukan, dia pasti lagi nonton bola… aduuuhh.. dia lagi apa sih sebenernya?? Kenapa balasan SMSnya Cuma itu aja?? Oh iya, dia pasti lagi nganterin uang arisan mamanya, dia kan suka gitu, disuruh sama calon ibu mertua (amin) buat nganterin arisan hariannya. Nominalnya juga enggak tanggung-tanggung, lima ratus ribu semalam. Udah kayak tarif hotel aja. Hahaha… aku kembali cekikikan dalam pikiran sedengku. Padahal sekarang suasana hati lagi hancur-sehancurnya, tapi ya gimana lagi, life is must go on, kan??
Aku kembali mengetik pesan singkat sebagai balasan untuk SMS nya yang ^_^ sangat tidak bermutu itu, khususnya untukku. Apa maksud dari ^_^ itu, aku juga tidak tahu, mungkin dia begini ^_^, karna pemain bola kesayangannya berhasil mencetak gol, atau mungkin karna Cafe tempat ia biasa membeli Nasi Goreng makanan favorit malamnya memberinya diskon 100% sambil mengatakan “selamat, anda pengunjung kami ke 200 malam ini, dengan begitu anda mendapatkan diskon 100% untuk menu yang anda pesan”. Hueek… aku seakan mau muntah membayangkan khayalan tingkat tinggi yang tidak bermutu itu. kenapa bisa-bisanya disaat-saat galau seperti ini aku malah membayangkan dia dapat diskon makan 100%, mungkin efek galau terlalu lama menjadikan proses kerja otak jadi ikut-ikutan galau juga. Ini teori salah.
“lagi sibuk ya, Nda??”
SEND.
Aku kembali melanjutkan khayalan. Kali ini, aku membayangkan, dia akan membalas SMS itu seperti apa. mungkin dengan jawaban point A“enggak kok Mel, kamu mau telponan ya??” atau mungkin dengan point B “iya nih Mel, jangan ganggu aku ya.”
Braak.
Aku terhenyak lagi. Kalau memang dia membalas dengan point A, aku pasti bakal nari Tor-Tor atau mungkin goyang gangnam style, tapi kalau dia membalas dengan point B, ya..yaa..yaa.. aku harus siap-siap, ambil guling, ambil bantal dan selimut, matikan lampu, lalu tidur. Sungguh menyakitkan.
Tiiiitt….tiiitt….tiiit…
Lagi-lagi ringtone message standar itu mencabik-cabik lamunan terburukku. Kali ini, aku bisa terima, tapi kalau untuk lamunan terbaikku, entahlah…aku saja sudah lupa kapan terakhir kali mempunyai lamunan terbaik..
Detak jantungku kembali berpacu dengan detak jantung jam dinding. Tik.tik.tik. persis bunyi suara rintik juhan, bukan detak jantung. Tak apa, aku juga lupa bagaimana buni detak jantungku sendiri. Setiap harinya aku hanya memikirkan bagaimana caranya agar Hp norak berlayar monokrom keluaran tahun 2008 yang sudah tidak memiliki lampu layar dan bunyi deringnya yang kadang-kadang muncul dan kadang-kadang enggak ini bisa berbunyi setiap malamnya, karna aku hanya bisa menjadi seorang wanita utuh hanya pada malam hari, karna setiap malam, aku pasti menjadi kekasih-nya. Lalu bagaimana dengan pagi, siang dan sore hari. Jawabannya, NO. Aku Jomblo.
Ragu antara tekan tombol OK atau Back, kalau dia membalas dengan point A, itu artinya aku beruntung, tapi kalau point B, huuuh…. aku benci point B.
“enggak kok mel, tapi aku udah mulai ngantuk sih, capek banget rasanya Mel, seharian jagain Toko, Mama lagi sakit, Bang Windo juga lagi sibuk. Karyawan toko juga pada Pulkam, jadinya tinggal aku sendirian yang jagain Toko,,”
Ini tidak ada di point A ataupun poin B. pasti point C. Aku benci point B ataupun point C, sekalian dengan point D, kalau masih ada.
Aku menelan ludah membaca balasan SMS darinya. “Tapi aku udah mulai ngantuk sih, capek banget rasanya, Mel”. Huuuhh…. sama saja dengan point B “jangan ganggu aku”.
Oh god, sepertinya malam ini aku harus cepat-cepat mengambil bantal dan guling, lalu selimut dan kemudian menyelamatkan diri dengan cepat-cepat tidur.
Kenapa enggak sekalian aja dia bilang kalo tetangganya juga lagi sakit, keponakannya lagi pada main, yang jualan nasi goreng juga lagi sibuk, yang jualan Pop Ice juga udah tutup, terus yang jagain parkir juga lagi pulkam, makanya jadi sendirian jagain toko. Huuh… menyebalkan. Dia benar-benar enggak ngerti atau emang enggak mau ngerti. Eehh… loe tau enggak siih… gue itu lagi kangen banget sama loe…apa perlu gue ketik KANGEN trus gue kirim ke loe biar loe-nya nyadar kalo ada gue disini yang lagi kangen dan mikirin elo???
Tanpa perlu dikomando lagi, setengah merintih dan menjerit, akhirnya bantal, selimut dan guling kembali menjadi kekasih abadiku malam ini. sebelumnya, “yaudah, istirahat yang cukup ya nda, biar enggak sakit, titip salam bwt mm, cepet sembuh ^_^. Met malem” sukses terkirim dengan hantaran setitik airmata menuju hapenya.
Aku tidur sambil menggumamkan lagunya Padi- Kasih Tak Sampai,,
Aku tiduuur… tanpa bebaaan…. (dengan sedikit perubahan, aku pulang…tanpa beban)
Selamat malam. (Dharma Julia)

Sumber: Kompasiana

0 komentar:

Posting Komentar